CATATAN HARI KEMERDEKAAN

Berbagi Catatan :
Silahkan dibaca kawan! Re-post ini bertujuan untuk kita supaya bisa lebih memaknai kemerdekaan.


Banyak hal berkecamuk dalam diri saya men jelang hari kemerdekaan. Ada duka, suka, tanya, harap, dan waswas, semua menyatu. Entah mengapa ketika ingin menulis tentang hari kemerdekaan tahun ini, ingatan justru melayang pada Gaza. Ya, ketika bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya 69 tahun lalu, awal nya tidak ada negara Barat yang mengakui.

Palestina bersama Mesir adalah bangsa pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Lalu bagaimana kita menghargai kemerdekaan bang sa Palestina saat ini? Semoga tak menjadi lupa pada sejarah.

Hal lain, saya teringat perayaan 17 Agustus se lama dua tahun ini yang terasa sepi karena jatuh pada bulan Ramadhan. Panitia tujuh belasan terkesan kurang bersemangat mengadakan berbagai kegiatan, mungkin berasumsi animo anak-anak mengikuti lomba akan minim karena berpuasa.
Sebaliknya, setelah perayaan kemerdekaan jatuh di luar bulan Ramadhan, terlihat lagi gairah per siapan perayaan hari kemerdekaan. Seolah Ramadhan menjadi bulan untuk istirahat dan bukan saatnya beraktivitas.

Padahal, deklarasi kemerdekaan Indonesia justru dikumandangkan pada 17 Agustus 1945 yang bertepatan dengan 9 Ramadhan. Ramadhan yang disebut juga bulan rahmat, diabadikan dalam Pembukaan UUD 1945 pada kalimat "Atas ber kat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa".

Historivator Agung Pribadi bahkan meng ungkap, banyak peristiwa penting terjadi pada bulan mulia itu. Pada Ramadhan tahun ke-2 Hij riyah, misalnya, terjadi peperangan besar, yaitu pe rang Badar al-Kubra yang dime- nangkan kaum Muslimin. Ramadhan tahun ke- 8 Hijriyah, Rasul dan para sahabat justru melakukan Fathu Mak kah atau penaklukkan Kota Makkah.

Sementara, Ramadhan tahun ke-584 Hijriyah Sa lahuddin al-Ayyubi sanggup mengalahkan kaum Salib. Di nusantara, Fatahillah merebut Sun da Kelapa terjadi pada 22 Juni 1527 M atau bertepatan dengan 22 Ramadhan 933 H.

Kembali ke hari kemerdekaan, 69 tahun sudah, alhamdulillah cukup banyak pencapaian yang membanggakan, meski masih cukup banyak hal yang menjadi catatan. Salah satunya, aksi van dalisme di Gunung Fuji Jepang yang diberi- takan akhir-akhir ini. Gunung yang dianggap suci tersebut kini tercemari coretan yang merusak pemandangan. Sebuah batu besar dicoret dengan cat semprot bertuliskan "Indonesia" sehingga mencoreng nama bangsa.

Catatan memalukan di Fuji mengingatkan saya pada peristiwa mengenaskan yang terjadi di Kapal Pesiar MS Nieuw Amsterdam, milik operator Holland America. Tepat di hari valentin, se - orang penumpang wanita diperkosa dan nyaris di bunuh. Sebuah insiden yang tidak pernah terjadi selama 140 tahun perusahaan ini beroperasi.

Yang terburuk dari berita ini, ternyata pelaku pemerkosa yang diketahui berinisial KP, anak buah kapal berkewarganegaraan Indonesia. Mau tidak mau kita tepekur. Enam puluh sem bilan tahun, apakah kita telah benar-benar menjadi bangsa yang membanggakan setelah sekian lama merdeka? 
Ataukah --yang lebih menyedihkan-- kita justru menjadi bangsa yang memalukan? Korupsi di Indonesia termasuk tertinggi di dunia. Jumlah anggota kongres yang terlibat kasus korupsi juga termasuk terbanyak di dunia. Kepala daerah yang terlibat korupsi di negeri kita pun terbanyak di dunia. Konsumsi rokok di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Ke bakaran hutan di Tanah Air pun termasuk yang terparah. Banyak lagi fakta buruk yang bakal menambah pre dikat tak mengenakan jika harus diungkap satu per satu.

Detik-detik peringatan kemerdekaan kian dekat, seharusnya kita malu pada pendiri bangsa. Da lam buku Gara-Gara Indonesia diungkap banyak sekali fakta sejarah yang membuat kita bangga. Puluhan negara di dunia menjadi bangsa merdeka karena Indonesia. Konferensi Asia Afrika membuka gerbang kemerdekaan banyak negara. Sebagian besar wilayah di dunia menjadi bebas dari malaria karena Indonesia.

Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang memberi kesetaraan pada wanita langsung di masa pemilu pertama. Padahal, Amerika dan Eropa butuh ratusan tahun untuk memberi kesempatan pada wanita. Dan masih banyak fakta sejarah yang membanggakan.

Di akhir tulisan ini, akhirnya saya sadar. Bukan pertanyaan apakah kita bangga atau malu yang penting, melainkan keputusan kita ingin menjadi bagian yang mana. Apakah ingin menjadi warga negara yang membuat bangsa ini bisa dibanggakan atau sebaliknya membuat bangsa terpuruk dalam kehinaan? Dengan kesadaran penuh, mari memilih menjadi yang pertama.


CATATAN HARI KEMERDEKAAN

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Asma Nadia

0 komentar :

Koreksi Catatan

Silahkan tinggalkan jejak kalian!!!
Gunakan Anonymous jika tidak mempunyai akun google...

Galauwers

Siapa Mahasiswa Galau??