Rasya Sang Cucu

Berbagi Catatan :
Hari ini aku berkunjung kesebuah panti diujung kota. Senyuman anak-anak panti membuat ku lupa akan permasalahan dunia. Diantara kebersamaan kami, mata ku tertuju pda sebuah pemandangan diluar halaman panti.

Suara khas pedagang sosis menjajakan dagangan nyaring terdengar. Beberapa anak kecil menyerbunya, termasuk Rasya. Tapi Rasya seketika bingung. Walaupun dia berada dibarisan paling depan, tapi dia tak mendapatkan apa yang dia pinta. Sementara yang dating belakangan sudah berbalik arah dengan sosis hangat di tangannya.

“Ade minta uang dulu ya sama ibu??”

Rasya diam, tak mengerti. Kecewa seakan ingin menangis. Aku memperhatikan mereka dari kejauhan. Tak lama. Seorang nenek mengambil Rasya dan membawanya dalam gendongan.

“Rasya makan nasi dulu ya?? Sudah waktunya makan.”

Penolakan terjadi dari seorang anak kecil yang masih menginginkan sosis hangat ditangannnya. Rasya menolak, meronta dan berteriak. Dekapan hangat dari seorang nenek membuat Rasya tenang sesaat. Yaa, Rasya mulai tenang berbaring disebuah gubuk kecil disambil neneknya.

Aku mulai tersenyum melihat pemandangan itu. Kebahagian bias didapat hanya dengan dekapan hangat dari seorang keluarga. Kembali ku bermain bersama dengan anak-anak panti. Sampai waktu sholat dzuhur pun dating, dan kami lanjutkan dengan makan siang bersama.

“Rasyaa…”

Kembali terdengar teriakan nenek memanggil cucu nya. Rasya kembali rebut ketika melihat teman-temannya asyik menikmati es krim bertaburkan susu bubuk coklat. Nenek menyerah, masuk kedalam gubuk. Mencari di setiap sudut tempat biasa menaruh uang logam. Di saku lemari, tas, atasan pintu dan sampai ke sela-sela pojokan gubuk.  Hanya terkumpul beberapa buah koin seratus rupiah. Tidak cukup.

“Rasya beli permen saja ya… es krim nya besok.”

“Tidak mau… Rasya mau es krim.”

Tangan rentah sang nenek tak cukup cepat menahan tubuh kecil yang berlari kencang. Takut. Mungkin sang nenek berharap tukang es krim akan mengira kekurangan uang anaknya karena terjatuh dan mengikhlaskan sepotong es krim dagangannya.

Harapan sang nenek tak terjadi. Pedangan itu menyuruh cucunya kembali.  Wajah sedih Rasya menambah pilu hati sang nenek.

Yaa rabb,
Kenapa aku harus melihat kejadian ini ketika aku tersenyum bahagia dengan yang lain??. [….]



0 komentar :

Koreksi Catatan

Silahkan tinggalkan jejak kalian!!!
Gunakan Anonymous jika tidak mempunyai akun google...

Galauwers

Siapa Mahasiswa Galau??